Ads

Berita Terbaru

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Video

Berita MAN Buleleng

Informasi Madrasah

Berita Terhangat

Kegiatan

Laboran sekaligus guru Fisika Madrasah Aliyah Negeri Buleleng Bali, Nita Rachmawati, S. Pd, merupakan salah satu dari 15 Delegasi  Indonesia yang melakukan perjalanan ke Turki dalam rangka kegiatan Benchmarking yang dilaksanakan 7 hari, Sabtu (27/12/2019) hingga Rabu (3/02/2020). Rombongan diketuai oleh Kasubdit GTK MI/MTs Kemenag RI, Prof, DR. Ainur Rofiq beserta Kasie MI/MTs Syahrul Sobirin, M Ag. 

Kegiatan tersebut adalah bentuk apresiasi kepada pemenang lomba Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga kependidikan Kemenag RI.

Persiapan pemberangkatan dilakukan dengan pembekalan oleh Direktur GTK, Prof. DR. Suyitno, M Ag, bertempat di Wisma Haji, Jln. Jaksa Jakarta, Kamis, (26/12). Harapannya tentang kegiatan Benchmarking ini adalah 3 hal yaitu pertama, untuk merekam tentang pengelolaan pendidikan di Turki dan melakukan deseminasi sepulang dari kunjungan studi di Turki,  peserta juga diharapkan dapat menyusun lesson learn dalam bentuk laporan kegiatan yang komprehensif  tentang hasil studi di sana.
Guru, Kepala Madrasah dan  Pengawas berprestasi sebagai delegasi terpilih harus bisa memanfaatkan momen ini untuk ajang pembelajaran dalam menganalisis tata kelola pendidikan, baik yang meliputi tata kelola guru, Kepala Madrasah dan tenaga kependidikan yang profesional.

Pelaksanaan Benchmarking dilakukan di dua kota yaitu kota Istanbul dan kota Ankara dengan melakukan kunjungan ke beberapa sekolah dan instansi. Tujuan pertama adalah mengunjungi sekolah Imam Hatip atau sekolah Negerinya Turki berbasis agama di bawah wewenang Kementerian Pendidikan Nasional yang menerapkan kurikulum 25%_30% Pendidikan Agama dan 70%_75% Pendidikan umum. 

Sekolah Imam Hatip yang berjumlah sekitar 5200 ini tersebar di wilayah Turki seperti Istanbul, Ankara dan sebagainya dan memiliki lebih dari 1.400.000 siswa yang berasal dari 88 Negara. Saat ini ada 56 siswa SMA Imam Hatib yang berasal dari Indonesia melalui jalur beasiswa.

Sesuai dengan slogan pendidikan di Turki yaitu Happy Children, Strong Turki, maka pengembangan akademik yang meliputi pembelajaran ilmu pengetahuan, mental, fisik dan spiritual siswa dilaksanakan melalui permainan intelegensi, perpustakaan-z, bengkel penulisan, laboratorium, fasilitas olah raga yang memadai, kelas khusus Quran, bahasa, seni, robotik, audio visual, tehnologi Informasi, dan sebagainya. Setiap sekolah Imam Hatip memiliki fokus masing2 dalam memilih program unggulan. Seperti sekolah Imam Hatip Ankara, salah satu sekolah Imam Hatip putra yang kami kunjungi di hari pertama memilih Tahfidz sebagai program unggulan, sedang sekolah Imam Hatip putri yang kami kunjungi di hari kedua memiliki program unggulan Science and Sosial, sehingga nama sekolahnya adalah Imam Hatip Science and Social School. Masih ada sekolah Imam Hatip lainnya yang memiliki ptogram unggulan lain seperti Sport, Art, Language, Tehnology. 

Sekolah Imam Hatip yg dikelola pemerintah ini membebaskan semua biaya pendidikan bagi siswanya. Bahkan fasilitas yang diberikan  oleh pemerintah di sekolah Imam Hatip sangat memadai dan bisa dibilang mewah. Gedungnya, ruang kelasnya, ruangan ekstra kurikulernya, ruangan tahfidz yang semuanya bagus dan lux. Bahkan di ruangan suci ini setiap orang yang masuk harus membungkus sepatunya dengan plastik khusus yang telah disediakan.


Sekolah di Turki memiliki pembagian jenjang SD, SMP dan SMA masing-masing ditempuh 4 tahun, menerapkan pembelajaran full day, yaitu 7 jam untuk intra kurikuler yaitu jam 8.30-15.30 dan 2 jam ekstrakurikuler selama 6 hari seminggu. Di Turki kegiatan formal biasa dimulai jam 8.30-9.30, karena waktu shubuh di Turki kisaran pukul 7.00. Pengaruh posisi matahari di Turki yang berbeda dengan di Indonesia menyebabkan waktu malam di Turki lebih panjang dari siang hari, berbeda dengan di Indonesia. 

Mengenai perekrutan siswa di sekolah Turki dilakukan melalui zonasi atau melalui test bila masuk sekolah di luar zona, biasanya untuk siswa yang berprestasi dan ingin mendapatkan sekolah yang lebih bagus. 

Setelah mengamati program-program di sekolah Imam Hatip, pada dasarnya hampir sama dengan Madrasah, namun satu hal yang sangat berbeda yaitu tentang pengelolaan sekolah dan perlakuan terhadap siswanya. Disamping siswa dibebaskan dari semua biaya sekolah, siswa diberi pelayanan pembelajaran dengan sangat optimal, guru yang profesional langsung ditangani oleh ahlinya, bahkan beberapa guru didatangkan dari luar negeri. Cara pembelajarannya sangat inovatif dan menyenangkan berbasis ramah anak, yang membuat anak enjoy dan tidak tertekan dalam belajar. Disamping fasilitas yang disediakan sangat memadai, jumlah siswa di setiap kelas hanya 20 siswa. Bahkan untuk kegiatan ekstra kurikuler, siswa hanya memilih satu pilihan yang paling disukai, tetapi dikembangkan dengan fokus dan serius. Itulah pembelajaran berharga yang seyogyanya bisa diimplementasikan di Madrasah.

Selain melakukan kunjungan ke sekolah,  tim juga melakukan kunjungan studi orientasi ke Kemendikbud, KJRI, KBRI, PT Dianet, yaitu lembaga keagamaan independent di luar struktur pemerintahan yang mengurus bidang keagamaan. Banyak hal baru yang bisa diambil sebagai bahan implementasi di Indonesia. Karena pada dasarnya Indonesia dan Turki memiliki persepsi  yang sama dengan visi Kemenag yaitu mewujudkan SDM yang memiliki kemampuan IPTEK sekaligus IMTAQ. 

Kunjungan ini mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari pemerintah Turki. Rombongan kami disambut sebagai tamu negara, sehingga saat kita datang di instansi tersebut  kita sudah disambut dengan sederetan pejabat. Bahkan Direktur Jenderal Keagamaan dari Kementerian langsung menyambut dan menemani kami selama dua hari kunjungan, yaitu di Istanbul dan Ankara. 
Direktur dari DIANET juga langsung menyambut kita dengan jamuan makan siang yang istimewa dan memberikan bingkisan Al Quran asli Turki kepada semua rombongan. Demikian juga di Universitas Ankara, kita disambut oleh Dekan yang sangat ramah dan welcome.


Semua instansi tersebut sangat senang dengan kehadiran rombongan dari Indonesia dan mereka merasakan kedekatan dengan negara Indonesia, bahkan menganggap Indonesia sebagai saudara dekat meski jaraknya begitu jauh. Mereka siap bekerja sama dengan memberikan peluang beasiswa bagi siswa lulusan MTs untuk melanjutkan ke SMA Imam Hatip dan lulusan MA ke Perguruan Tinggi. 

Harapannya kegiatan benchmarking ini dapat membawa implikasi positif pada pendidikan di Madrasah terutama pada peningkatan kualitas pembelajaran dan kesempatan membangun kerja sama dalam bidang pendidikan. (Nita)
-